SEJARAH KUNTAO
Terjemahan dari www.wikipedia.org
Pendahuluan
Kuntao atau kuntau (拳 道, Peh-oe-ji: Kun-Thau, Tagalog: kuntaw) adalah
istilah Hokkien untuk seni bela diri dari komunitas keturunan Tiongkok di Asia
Tenggara, terutama Kepulauan Melayu. Dan sering dipraktekkan di Indonesia,
Malaysia, Filipina dan Singapura, tidak ada perbedaan antara Kuntao dan silat.
Keduanya mempengaruhi satu sama lain sampai ke titik di mana perbedaan diantara
keduanya menjadi bias. Kuntao di Malaysia “Buah Pukul” diklasifikasikan sebagai
silat meskipun aslinya berasal dari Yunnan, sementara Kuntao di Jawa “Harimau”
mempertahankan status Kuntao nya meskipun sudah banyak dipengaruhi oleh agama
dan budaya asli Jawa. Beberapa aliran kuntao tradisional, seperti Silat yang
berumur 500 tahun, Kuntau “Tekpi” di Kedah dikategorikan sebagai silat.
Etimologi
Tidak ada standar hanzi (huruf
Tiongkok) untuk kata Kuntao
tetapi arti yang paling umum adalah "Jalan kepalan tangan/tinju", terdiri
dari kun 拳 yang berarti tinju dan tao 道 berarti jalan. Istilah ini awalnya
digunakan untuk seni bela diri Tiongkok pada umumnya, dan identik dengan Quanfa (拳法, poj: kun-hoat). Dalam bahasa
Inggris, dan bahkan dalam penggunaan Bahasa Tiongkok modern, Kuntao biasanya mengacu khusus untuk aliran
yang dibawa ke Asia Tenggara dan sering tidak termasuk sistem beladiri Tiongkok
lainnya.
Sejarah
Kehadiran seni bela diri Tiongkok di Kepulauan Melayu ditelusuri ke pertemuan
kuno antara Tiongkok dan Asia Tenggara. Donn F. Draeger menyebut sebagai aliran
beladiri terorganisir tertua di Indonesia. Budaya Toraja, Batak, dan Dayak
semua menunjukkan pengaruh Tiongkok, dan senjata Tiongkok sering digambarkan
dalam seni Sumatera kuno. Beberapa kuil-kuil Tiongkok pra-kolonial di Indonesia
menampilkan gambar beladiri karakteristik Tiongkok selatan, dan banyak teknik
dan senjata silat yang berasal dari Tiongkok. Banyak keluarga Peranakan masih
dapat menelusuri sejarah klan mereka di wilayah tersebut dalam rute pelayaran
Laksamana Cheng Ho, di sebagian Asia Tenggara, bangsa Tiongkok dibawa ke Kepulauan
Melayu sebagai imigran kelas pekerja selama era kolonial di Indonesia
khususnya, setiap masyarakat Tionghoa memiliki beberapa bentuk Kuntao, tapi
secara tradisional terselubung dalam kerahasiaan. Baru tahun 1970-an, Kuntao
sering dipraktekkan secara diam-diam untuk menghindari teknik tersebar ke pihak
luar, baik ke orang-orang Tiongkok dan non-Tiongkok. Kuntao Tidak ditampilkan secara
terbuka, dan yang demonstrasi ke publikpun menyembunyikan jurus-jurus yang sebenarnya.
Hal ini berubah pada akhir abad ke-20, dan Kuntao sekarang diajarkan tanpa
kerahasiaan. Saat ini, Kuntao menyebar di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan
dan Filipina. Kuntao diperkenalkan ke AS oleh Willem Reeders dan Willem de
Thouars pada 1960-an.
Aliran
Kedua seni bela diri Tiongkok utara dan selatan yang diwakili di
Kuntao, namun sebagian besar sistem berasal dari negara-negara selatan yang
sama seperti masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara yang melakukannya. Aliran Fujian,
Shandong, Kongfu dan Guangdong mendominasi. Beberapa sistem yang langsung
diimpor dari Tiongkok dan mengalami sedikit atau tidak ada perubahan sama
sekali, seperti thaikek (taiji), pakua (Baguazhang atau telapak delapan
trigram) dan peh-ho (baihe quan atau
tinju bangau putih). Aliran-aliran lain mungkin gabungan dari beberapa perguruan yang berbeda yang
dihasilkan dari anggapan bahwa mereka harus beradaptasi dengan senjata di Asia
Tenggara dan lingkungan sekitarnya. Aliran sanchian adalah dasar untuk semua aliran
utama Kuntao.
Kuntao di Jakarta didominasi aliran Fujian, ditandai dengan kuda-kuda
maju dan kaki kanan ke depan (kaki kanan maju). Semua kuda-kuda Fujian
didasarkan pada pengamatan tidak hanya hewan tapi juga manusia, seperti bayi
yang baru lahir atau orang mabuk. Berbeda dengan kuda-kuda rendah aliran lainnya,
aliran Fujian utamanya antara kuda-kuda ting
dan pa, keduanya dirancang untuk
merasa nyaman dengan penempatan jarak kaki. Aliran Shandong - dipraktekkan di
seluruh Jawa dan Madura - adalah turunan Saolim (Shaolin), diidentifikasi dari
ibu jari di atas kepalan terkatup, serta sikap kuda-kuda kaki kiri mereka. Teknik
mereka termasuk tendangan tinggi, berguling, melompat, dan kedua gerakan lengan
pendek dan panjang. Aliran asal Kongfu dikenal karena kekakuan dan postur statis.
Aliran Guangdong cepat dan energik, menunjukan gerakan lengan yang halus, dan
formasi setengah tetutup untuk menangkis dan memblokir. Sekolah intern (Neijia)
mendominasi di Malaysia, khususnya thaikek.
Senjata
Perbendaharaan persenjataan luas yang ada di Tiongkok tercermin dalam
Kuntao, contoh yang paling terkenal adalah pedang, golok, tongkat, tombak dan pisau
kupu-kupu. Di bawah ini adalah beberapa senjata yang digunakan dalam aliran tradisional Kuntao. Pengucapan dan ejaan
bervariasi sesuai dengan dialek dan sistem transliterasi digunakan.
•
Kiam (jian): pedang lurus bermata dua
•
Tou (dao): golok
•
Toya (gun): tongkat panjang, biasanya
dari kayu atau besi
•
Chio (qiang): tombak, sering dengan
bulu kuda terpasang di dekat pisau untuk mencegah darah menetes ke poros
•
Tai-chiu: trisula pendek
•
Kwan tou (Guan dao): tombak kerajaan
golok mata satu dinamai dari Guan Yu Romance dari permainan tiga kerajaan
•
Hongkiat-kek (ji): tombak berujung
bulan sabit
•
Hwa-kek: tombak menyerupai ji tetapi
dengan dua bilah sabit, satu di setiap sisi tombak
•
Sang Kau (shuang gou): pedang kait
•
Sanh-chatting (Sanjie-gun): tongkat dibagi
menjadi tiga bagian dengan panjang yang sama dan digabungkan bersama-sama oleh
rantai
•
Liang-chatting (liang jie-gun): tongkat
dirantai dibagi menjadi dua bagian, salah satu panjang dan satu pendek atau
versi kecil di mana keduanya sama panjang
•
Kwai (Guai): tongkat pendek
tradisional, biasanya berpasangan
•
Suk Piao (sheng biao): tali atau rantai
dengan panah logam yang melekat pada salah satu ujung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar